Bandung (BRS) – Dunia di era digital menuntut organisasi untuk tidak hanya sekadar mengumpulkan data, namun juga mampu mengolahnya menjadi pengetahuan yang berdaya guna. Hal ini penting untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan daya saing organisasi.
Dalam konferensi GLINK Knowledge Management Summit 2024 di Grand Hyatt Bali yang berlangsung 9-11 Januari 2024, Guru Besar bidang Knowledge Management SBM ITB Prof. Dr. Ir. Jann Hidajat Tjakraatmadja, M.Eng., yang sekaligus berperan sebagai Presiden Knowledge Management Society Indonesia (KMSI), mengatakan bahwa tema yang dipilih pada topik joint summit kali ini adalah “Knowledge Management End to End”.
Tujuan utama konferensi ini adalah untuk memaksimalkan pemanfaatan pengetahuan, memungkinkan pengambilan keputusan yang tepat, serta meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan daya saing di tengah dinamika era artificial intelligence (AI), machine learning, dan internet of things atau IoT.
Jann menekankan pentingnya kolaborasi dalam pengembangan ekosistem manajemen pengetahuan. Kolaborasi antar organisasi, akademisi, dan praktisi dapat menghasilkan inovasi-inovasi baru dalam manajemen pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan era digital.
“Banyak individu cerdas yang ada, namun pengetahuannya tidak dibagikan,” ujar Jann. “Kolaborasi dapat menjadi solusi untuk mengatasi stagnasi di lapangan,” kata Jann dalam siaran pers SBM ITB.
Ia juga menyoroti rendahnya tingkat inovasi di Indonesia karena kurangnya pemanfaatan pengetahuan.
“Kita perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya manajemen pengetahuan,” tegasnya.
GLINK Knowledge Management Summit 2024 dihadiri oleh lebih dari 150 orang dari berbagai macam latar belakang di bidang knowledge management. Acara ini bertujuan untuk menjelajahi keberagaman pandangan, strategi, dan pengalaman dalam manajemen pengetahuan, mendiskusikan praktek dan inovasi solutif di bidang manajemen pengetahuan, membangun pemahaman bersama, serta membuka peluang dan menjawab tantangan di era disrupsi digital saat ini.