Cikarang, Siloam Hospital Group mengadakan simposium kesehatan mengenai perkembangan terkini terkait diagnosis, pengobatan, dan manajemen pasien khusus untuk spesialisasi pediatrik (anak).
Menurut data yang dikeluarkan oleh pemerintah, sekitar 2 juta Warga Negara Indonesia (WNI) melakukan perjalanan ke luar negeri untuk tujuan pengobatan setiap tahunnya, dengan total potensi devisa negara yang hilang mencapai Rp 165 triliun. Fenomena ini menandai kebutuhan mendesak akan peningkatan kualitas pelayanan medis di dalam negeri. Untuk mengatasi hilangnya potensi devisa negara akibat jumlah signifikan WNI yang berobat ke luar negeri setiap tahunnya, perlu adanya kolaborasi solid dan upaya bersama untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan para profesional kesehatan, sehingga dapat memberikan layanan yang lebih baik dan lebih mutakhir kepada masyarakat.
Dr. Albert Limanto, Direktur Rumah Sakit Siloam Cikarang, menegaskan bahwa kebutuhan akan informasi dan kolaborasi di bidang kesehatan terus berkembang. “Oleh karena itu, penting bagi para profesional kesehatan untuk terus berkolaborasi dan bertukar ilmu pengetahuan dalam upaya peningkatan standar pelayanan kesehatan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri,” ujar Dr. Albert. Ia melanjutkan, “Siloam Hospitals Group dengan tegas memperkuat komitmennya sebagai pusat pelayanan medis yang unggul akan terus mendukung kegiatan-kegiatan update informasi kesehatan yang dapat memberikan perubahan bagi perkembangan kesehatan di Indonesia.”
Pada kegiatan simposium kesehatan ini, Siloam Hospital Group juga berkolaborasi dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia. Beberapa pembahasan terkait spesialisasi anak akan disampaikan oleh Dr. Dwi Fiona, M.Sc.Sp.A, – Spesialis Anak Siloam Bekasi Sepanjang Jaya, yang akan memberikan informasi mengenai “Learning Disorders: How to Early Detection and Intervention.” Dr. Dwi Fiona menjelaskan bahwa kesulitan belajar pada anak merupakan fenomena kompleks yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk genetik, lingkungan, dan individual. Mengidentifikasi dan memahami kesulitan belajar adalah langkah penting dalam menyediakan dukungan yang dibutuhkan untuk membantu anak mencapai potensi penuh mereka. Sangatlah penting bagi tenaga kesehatan dan profesional terkait untuk mengidentifikasi kesulitan belajar dan membedakan berbagai jenis kesulitan belajar sehingga tidak ada lagi disleksia yang tertukar dengan disabilitas intelektual.
Dr. Irfan Wahyudi, Sp.U(K), Uropediatric Siloam Hospitals Asri, mengungkapkan bahwa kelainan genital pada anak laki-laki merupakan hal yang umum dijumpai dan ragam kelainan juga sangat bervariasi. Untuk itu, pentingnya deteksi dini, kepedulian, dan tata laksana yang tepat akan dapat mengatasi kelainan genital pada pediatrik, serta orang tua dapat berperan penting dalam membantu identifikasi kelainan.
Dr. Tri Yanti Rahayuningsih, Sp.A(K), Spesialis Jantung Anak Siloam Hospitals Lippo Cikarang, yang menerangkan mengenai, Non-invasive Definitive Treatment for Pediatric Patients with Simple Congenital Heart Disease, mengatakan bahwa penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang sudah ada sejak lahir. Kelainan jantung bawaan ini adalah yang paling sering terjadi di seluruh dunia. Dr. Tri Yanti juga menjelaskan tiga tata laksana utama untuk penyakit jantung bawaan pada anak, yaitu medikamentosa, kateterisasi jantung, dan operasi bedah koreksi.
Dr. Pauline Octaviani, Sp. GK, Spesialis Gizi Klinik Siloam Hospitals Bekasi Timur, berbagi informasi mengenai cara mencegah stunting dengan MPASI tinggi protein hewani. Dr. Pauline menjelaskan “Stunting merupakan kekurangan gizi kronis akibat berbagai kondisi lingkungan lintas sektoral yang merugikan, termasuk asupan makanan. Stunting sering kali dimulai di dalam rahim dan berlanjut hingga dua tahun pertama kehidupan setelah lahir.”
Dr. Pauline melanjutkan bahwa bayi dan anak kecil perlu mengonsumsi makanan yang bervariasi untuk memastikan kebutuhan gizinya terpenuhi dan mendukung pertumbuhan serta perkembangan yang sehat. Penting untuk menggunakan protein hewani seperti telur, hati ayam, dan ikan (lele, nila, gurame, dan lainnya). Selain itu, edukasi pencegahan stunting harus dimulai dari gizi pada remaja putri, ibu hamil, dan juga ibu menyusui.